Membaca berita ini tentang Walikota Surabaya Ibu Tri Rismaharini, saya sangat salut. Popularitas kepemimpinannya tidak dibangun dengan pola pencitraan, penyebaran secara masif spanduk/baliho yang memuat foto pribadi atau iklan cetak/elektronik di media massa, tapi diwujudkan dengan cara jitu, kerja kerja kerja. Ini sungguh membahagiakan warga Surabaya. Toh kalau hasil kerja nyatanya baik pasti pencitraan diri otomatis ikut baik di mata masyarakat.
Bandingkan dengan tokoh-tokoh Indonesia pada umumnya, kerja nyata belum terbukti tapi jargon, janji dan foto-fotonya sudah bertebaran dimana-mana. Celakanya banyak tokoh yang membiayai proses pencitraan itu bukan dari uang pribadi, banyak yang dari anggaran institusi/negara, dengan tampilan iklan dikemas sebagai iklan layanan masyarakat.
Ironis. Tokoh-tokoh macam begini kalau jadi pemimpin pasti tidak bisa “menjadi” contoh bagi masyarakatnya. Wong “memberi” contoh saja tidak sanggup. Yang memprihatinkan tokoh-tokoh semacam ini sangat banyak di Indonesia.
Yaa, semoga Ibu Risma bisa terus menjadi teladan bagi masyarakat Surabaya khususnya, dan rakyat Indonesia pada umumnya, yang mulai muak dengan tokoh-tokoh siluman, penuh rekayasa dan kepalsuan, serta lekat dengan perilaku korup.