KREATIF DONG, MASA’ KALAH DENGAN PEMULUNG
Orang nganggur (baca: pengangguran) yang sadar umumnya berusaha kreatif untuk segera mendapatkan pekerjaan. Sebab kalau leha-leha terus, nyantai-nyantai terus, siapa emangnya yang mau memberi pekerjaan, dan hal ini artinya siapa pula yang mau memberi penghasilan kepadanya. Maka berusaha kreatif adalah pilihan terbaik bagi para penganggur supaya segera terentaskan dari zona kelimpang-kelimpung sebagai pengacara, pengangguran tanpa acara. Kreatifnya bisa macem-macem, yang penting (semestinya) mengandalkan kemampuan/ketrampilan yang dipunyai sendiri. Entah dalam bentuk ide, pemikiran, olah rasa, ataupun olah fisik, dengan skill indera yang dipunyai, bisa berbentuk kerajinan dan sejenisnya. Paling tidak, bisa berupa kreatifitas dalam mencari sumber-sumber informasi lowongan pekerjaan.
Nha, soal kreatifitas orang kerja beda lagi. Sebagian besar orang yang sudah bekerja, terutama pegawai negeri, apalagi yang sudah masuk zona nyaman, munculnya daya kreatifitasnya nyaris sulit diharapkan. Hal ini seperti lumrah-lumrah saja, karena “medan tantangannya” tampak tak terlalu menuntut, dan untuk jalur karir PNS sepertinya variabel kreatif tak begitu berpengaruh. Tapi kalau orang yang bekerja di perusahaan swasta umumnya suka tak suka harus terus mengasah kreatifitas karena persaingan antar SDM sangat menentukan karir selanjutnya. Begitupun yang meniti pekerjaan di BUMN, sepertinya tak jauh berbeda dengan orang yang bekerja di perusahaan swasta, meski kadarnya agak sedikit turun.
Jadi, bagaimanapun kedaaannya/instansinya, kita dalam menyemangati perlunya pekerja/pegawai agar selalu kreatif tak boleh lelah sedikitpun atau berhenti mendorong. Kreatifitas adalah bagian dari perubahan untuk menuju kesempurnaan dan peningkatan kualitas kerja. Kalau kreatifitas mandeg, pasti institusi/organisasi tempat orang-orang yang lemas begitu akan kalah bersaing, setidaknya kualitas produk/pelayanannya pasti semakin menurun.
Saya punya catatan menarik yang bisa dibandingkan terkait daya kreatifitas pekerja. Hal ini saya temukan di diary saya tahun 2007, disana tertera sepotong tulisan begini, “Senin sore tanggal 24 september 2007 yang lalu di ujung utara jalan Munggur Yogyakarta, selagi traffic light menyala merah, aku melihat seorang pemulung kreatif dengan tongkat kayu di tangan yang ujung bawahnya ada magnet, menyeberang sambil mengarahkan tongkat ke jalanan untuk mencari paku, mur, baut dan sejenisnya. Terlihat banyak juga barang logam kecil-kecil yang berhasil digaetnya. Hebat juga si pemulung spesialis tersebut”.
Lho? Ya, inilah sebuah catatan soal kreatifitas bagi para pegawai, semoga bisa mendongkrak daya produktifitas dan semangat yang terbaik. Akhirnya, banding-banding deh, dalam bekerja jangan kalah dong dengan pemulung yang punya mental dan kreatifitas hebat itu.
Yogyakarta, 11 September 2012
Salam,
Mardoto, Drs., M.T.