AYO DUKUNG MOBNAS, KIAT ESEMKA BOLEH ….

Ngomong tanpa melihat sendiri, belum cukup.
Menilai tanpa mencoba sendiri, aneh sekali.
Silakan lihat, coba, dan test mobil karya anak-anak SMK ini, baru bisa berwacana, terserah dengan apresiasi positif maupun negatif (seperti orang minder terhadap produk luar negeri).

Sudah membuktikan, tidak asal omong
Nggak kalah dengan produk luar
Siapa bilang kita tidak bisa?

Menurut saya untuk produksi mobil handmade seri paling awal dapat saya katakan sudah sangat bagus.
Penyempurnaan seluruh aspek, legalitas dengan standar-standar nasional yang telah ditentukan oleh stakeholder industri otomatif tentu dan pasti harus dijalani.
Saya yakin seri berikutnya lebih hebat lagi, dan bisa bersaing dengan produk luar negeri.
Ingat banyak mobil di Indonesia bergentayangan di Indonesia, tapi brand Indonesia untuk mobil belum ada.
Saatnya kita rebut peluang ini.

Test Drive? Siapa takut ...
Berkelas juga desainnya .....
Pinjam sebentar Kiat Esemka mobil dinasnya pak Jokowi

Sesungguhnya terserah rakyat dan bangsa Indonesia, mau maju atau tidak ekonomi bangsanya.
Kalau mau maju ya rebut kemandirian, swasembada dan kemampuan ekonomi agar ada di tangan anak bangsa.
Para pengamat banyak yang menakuti, ribuan komponen yang mendukung susah didapat nantinya, keselamatan belum terjamin, pemasaran terserap atau tidak di pasar. Itulah pikiran picik. Kalau tak mau mendukung ya tidak usah menebar komentar negatiflah.
Apapun karya anak bangsa harus diapresiasi dengan positif berfikir dan mendorongnya semoga semakin menuju kesempurnaan pada produk-produk/seri-seri berikutnya.
Kebanyakan yang berkomentar negatif seperti antek asing, agen pasar bebas, diberi makan oleh keuntungan produk luar negeri, sebagai mata-mata ekonomi dan penghambat tumbuhnya ekonomi nasional.

Nyaman juga ....
Hmmmm ....

Ya, peran pemerintah sederhana saja menurut saya. BUMN mestinya tidak perlu ikut produksi dengan dananya diinveskan ke produk Kiat Esemka, biarkan investasi betul-betul di tangan swasta dan rakyat yang betul-betul rindu kebanggaan bangsa atas produk dalam negeri, karya anak bangsa.
Pemerintah cukup membantu perpajakan, perijinan, pemenuhan standar-standar pabriksasi atau legalitas dengan proses yang sederhana tidak ekonomi biaya tinggi. Termasuk uji-uji semua fungsi mobil agar layak di jalanan. Masalah pemasaran dan produksi yang berupa business plan biarkan di luar pemerintah yang bekerja keras, pemerintah perlu pendampingan dan pemberian jalan yang normal administrasinya.
Kemudian memberi label mobil nasional dan kemudahan di awal produksi, misalnya mengharuskan instansi pemerintah, eksekutif, legislatif dan yudikatif untuk menggunakan mobil Kiat Esemka ini, toh itu pembeliannya juga pakai APBN/APBD yang dikumpulkan dari uang rakyat.
Ya, setidaknya sebagai pola promosi awal dan bukti apresiasi nasionalisme di bidang ekonomi otomotif.

Anda punya komentar?

9 Comments

  1. Pingback: Ares
  2. Pingback: Open Office
  3. Pingback: Walking
  4. desi ratnasari says:

    Seharusnya, respon saya seperti Pak Mardoto juga pada saat tau ada mobil buatan SMK.
    Tapi, tu gak terjadi… Aneh??? Gak juga. Silahkan saya disalahkan. Tapi, saya belajarnya juga dari pengalaman. Lo?
    Di negeri tercinta ini, apabila ada sebuah proyek yang berkaitan dengan ‘penciptaan produk’, maka minimal ada tiga kemungkinan yang terjadi.
    1. Penciptaan produk tersebut benar-benar dilakukan paling tidak menyangkut hal yang benar-benar substansial. Jika mobil dijadikan contoh, maka pembuatan mesin, dimulai desain hingga jadi, betul-betul dilakukan sendiri. Yang lain; seperti ban, bolehlah pake ban becak.. ^_^
    2. Yang terjadi bukan penciptaan ato pembuatan produk. Melainkan sekedar perakitan.
    Tuh, kan… jadi ga asik, kan??? Tunggu dulu!!! Masih ada yang ga asik lagi di nomer…
    3. Yang ada cuma nempel merek doang!!!
    Ah.. masak?!! Gak perlu disebutin proyek mana & produk apa, tapi saya pernah menyaksikan dengan mata kepala pundak lutut kaki sendiri…
    Apa saya curiga? Nggak, lah… gak ada untungnya buat saya.
    Saya hanya mau curhat kalo saya kesulitan untuk berbaik sangka…
    Sekian Pak Mardoto. Maju terus…. Salam.

    Like

    1. Poetra says:

      Saya setuju dengan sebagian komentar mbak desi, tetapi kita harus realistis terhadap produsen itu sendiri yang bukan dari pihak yg memiliki modal banyak, tentu akan sangat berlebihan jika berharap jika siswa smk membuat mesin dari desain hingga jadi (Apalagi dari masa-masa awal produksi mobil esemka dibuat)

      Sampai saat ini saya merasa esemka masih berpotensi untuk berkembang, tp yg menurut saya yg perlu diperhatikan

      1. Okelah sekarang merakit dulu, bagian2 lain impor, tp akankah “hanya” begini terus? Jika tidak ada peningkatan dalam pengembangan mobilnya ataupun kualitas SDMnya, maka industri otomotif “nasional” esemka hanya akan jalan ditempat (masih memungkinkan untuk laku meskipun jalan ditempat)

      2. Mobil esemka sekarang layaknya artis yg naik daun, mendapat perhatian khusus dari media cetak dan elektronik, artinya esemka mendapat pengiklanan gratis dari media, namun dengan berjalannya waktu maka nilai berita mobil esemka juka semakin berkurang, dan akhirnya tidak ada lagi media yg memberitakan. Nah disinilah esemka membutuhkan anggaran tambahan untuk mengiklankan mobil esemkan (bukan masalah besar sih klo esemka tidak terlalu “pelit” untuk mengiklankan mobil ini, dikemudian hari)

      3. Sikap dan support pemerintah, inilah yg menjadi hal yg paling penting terciptannya mobnas, berapa lamakah pemerintah bisa mensupport mobnas, peran apa saja yg dilakukan pemerintah untuk mensupport mobnas? dalam hal ini mobil esemka. Sampai saat ini tercatat 18 mobnas yg sebagian besar akhirnya bangkrut atau tidak meneruskan produksi dikarenakan ketidakmampuan/ketidakinginan pemerintah untuk mensupport secara berkelanjutan sampai mobnas itu bisa mandiri

      Apalagi banyak pemimpin indonesia tidak terlalu “peduli” dengan masalah mobnas contohnya?

      http://metrotvnews.com/read/news/2012/01/06/77670/Foke-Sesumbar-SMK-Jakarta-Bisa-Buat-Pesawat/6

      Lha klo dari dulu bisa buat, kenapa baru sekarang sertifikasi, tes kelayakan dilakukan? Betulkan? :capedeh:

      Lalu apakah mobnas harus tergantung pada pemerintah? tentu saja tidak masih ada Nuri, Komodo dan Tawon. Tetapi dengan adanya peran pemerintah disini tentu akan mempercepat berkembangnya industri otomotif di indonesia :). semoga tidak oot :)

      Terima kasih

      Like

  5. Pingback: My Homepage
  6. saiful bahri says:

    Kiat Esemka simbo kemandiran bangsa yang harus kita rebut ….!!!

    Like

  7. jejunguk says:

    keren pak,,,kalo berkenan di post di http://www.kaskus.us/ , yang baca banyak, sekalian promosi situs ini

    Like

    1. Mardoto says:

      he he, titip aja di postkan disana. saya keterbatasan waktu je ….thanks.

      Like

Comments are closed.